Arrijalu qawwamuna ‘ala annisa
(Qur’an), bagaimanakah kita memahami ayat ini, karena jika dilihat dari
terjemahan Indonesia maka ayat ini dipahami dengan “lelaki adalah pemimpin
perempuan”, sedangan jika dilihat dari The
holy Qur’an maka ayat ini dipahami sebagai “man protecs woman”, lelaki
adalah pelindung.
Dalam dunia kepemimpinan, saya
meyakini perempuan juga bisa menjadi seorang pemimpin yang efektif sama halnya
dengan laki-laki. Pola suh dan budaya Indonesia memang mendidik anak perempuan
dari kecil untuk mandiri dan dapat mengerjakan segala sesuatunya sendiri bahkan
tak jarang juga melayani kebutuhan anggota keuarga yang lain. Dan anak lelaki
biasanya dididik bahwa ia adalah raja dan harus dilayani, hal ini terkadang
memberikan efek negatif lelaki menjadi tidak mandiri dan harus diberikan
pelayananan apa yang dibutuhkannya. Namun tak jarang yang menjadi kelemahan kau
hawa adalah dia menerima apa adanya dan memandang sesuatu dengan sederhana. Tak
memiliki gambaran masa depan kecuali pengabdian terhadap suami dan keluarganya,
hal ini yang terkadang membuat perempuan menjadi stagnan.
Perempuan dengan pola asuh
semacam itu pada dasarnya juga memiliki modal untuk menjadi seorang pemimpin
karena dia sudah terbiasa mandiri. Jika kita belajar dari sejarah mengenai
kepahlawanan wanita jauh sebelum Kartini lahir, kita juga mengenal Tjut Njak
Dien yang berjuang mengusi penjajah dari tanah Aceh bersama dengan suaminya
Teuku mar. Bahkan setelah suaminya pergi, maka Tjut Njak lah yang memimpin
masyarakat Aceh melawan penjajah meneruskan perjuangan suaminya. Kepemimpinan
beliau dan juga strategi perangnya bahkan mampu membuat gusar para penjajah
pada waktu itu.
Jadi jika kita melihat secara
objektif bahwa perempuan juga bisa memiliki visi dan misi demi organisasi,
perempuan juga memiliki kemampuan dan kriteria yang harus ada pada pemimpin,
bahkan tak jarang perempuan berada di atas laki-laki kemampuannya maka
kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin tentunya tak akan menjadi masalah
selama bawahannya juga mendukung.
Ketika semua bawahan mendukung
maka akan ada efektivitas organisasi dan perjalanan mencapai purpose juga akan
lancar walaupun pemimpinnya perempuan, yang penting kemampuannya dalam memahami
visi dan juga mengarahkan serta mempengaruhi bawahan adalah kemampuan yang baik
dan harus ada pada diri seorang pemimpin. Sehingga peran gender tentunya tak
akan masalah. Karena sebenarnya semua jenis pekerjaan dapat dilakukan baik oleh
laki-laki maupun perempuan kecuali yang berkaitan dengan kodrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar