Ahlan wa Sahlan...
Welcome...
Selamat datang di kampoeng hening....

*kampoeng yang sebenarnya tak hening:-)

Sabtu, 24 November 2012

Dare to Be Yourself



Film ini bercerita tentang seorang pemuda yang berprofesi sebagai guru, yang bernama Brad Cohen. Kisah ini adalah kisah nyata. Brad Cohen mempunyai penyakit yaitu Tourette Syndrom sejak ia berumur 6 tahun. Tourette syndrom adalah sebuah penyakit dimana terjadi gangguan pada syaraf otak sehingga membuatnya mengeluarkan bunyi-bunyi aneh yang tak bisa di kontrol. Kehidupan yang dijalani Brad cukup pelik karena ia sering mendapat ejekan dari teman-teman sekolahnya dan juga gurunya yang tidak mengerti dengan kelainan yang dideritanya membuatnya membenci sekolah. Bahkan ayahnya sering memarahinya karena mengira ia sedang mengolok-olok atau mencoba mengacau dengan suara-suara aneh tersebut.
Akhirnya sang ibu yang mengetahui tentang kelainan yang diderita Brad, yaitu Tourette Syndrome dan ternyata belum ditemukan obat untuk penyakit tersebut. Ibunya yang tangguh yang juga mengajarkan Brad untuk tidak menyerah terhadap penyakitnya dan untuk tidak membiarkan penyakit tersebut menang.


Hal yang menarik dari film ini adalah Brad yang mempunyai Tourette Syndrome bercita-cita menjadi seorang guru, lebih tepatnya pendidik. Seseorang yang menginspirasinya untuk menjadi guru, salah satunya adalah Kepala Sekolahnya ketika di Sekolah Menengah, yang telah mengajarkan nya tentang arti pendidikan dan membuatnya tidak malu untuk membuat orang mengerti tentang penyakitnya agar ia dapat diterima. Dan jangan takut untuk menjadi diri sendiri serta selalu optimis.

Bermula dari kejadian itulah, Brad memutuskan bahwa ia harus menjadi seorang guru. Untuk menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk belajar, meskipun mempunyai keterbatasan. Setelah lulus dari SMA, Brad memutuskan untuk berkuliah di Bradley University, Illinois dan lulus dengan predikat cum laude! Sayangnya, dengan predikat cum laude ditangan, tak membuat Brad mudah mendapatkan pekerjaan. Lagi-lagi hal tersebut dikarenakan pihak sekolah tak yakin bahwa seorang penderita Tourette Syndrome dapat mengajar dengan baik.
Pada kunjungan lamaran pekerjaan yang ke 25, akhirnya Brad mendapatkan tempat yang tepat. Tempat itu bernama Mountain View Elementary School, Atlanta. Disana ia bertemu dengan murid-murid yang 'bermasalah'. Mulai dari yang hiperaktif, ceria, maupun yang memiliki penyakit kanker. Dengan metode yang segar, Brad mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Keberhasilan suami dari Nancy Lazarus dalam 'mengendalikan' anak-anak bermasalah tersebut akhirnya mengantarkan ia memenangkan Sallie Mae First Class Teacher of the Year pada tahun 1997.

Dari film ini kita belajar banyak hal. Banyak hal-hal positif yang bisa kita ambil. Sungguh film yang sangat inspiratif sekali. Dari Brad Cohen sendiri kita dapat belajar tentang arti Pantang Menyerah dan selalu Optimis. Bagaimana seorang Brad Cohen tidak membiarkan penyakit tersbut mengalahkannya, bahkan penyakit TS menjadi guru bagi Brad yang selalu membuatnya tetap bersemangat.
Nilai positif lainnya adalah Hope dan Forgiveness. Film ini menceritakan ibu dari Brad Cohen yang selalu mempunyai harapan akan kesembuhan anaknya, dan juga meyakini bahwa anaknya akan selalu memperoleh hasil yang baik dari setiap kerja kerasnya. Begitu juga dengan Brad Cohen yang selalu mempunyai harapan bahwa ia akan bisa menjadi seorang guru yang baik, dan ia tidak pernah membunuh harapan itu walaupun dengan keterbatasan yang ia miliki.
Sifat memaafkan juga ditunjukkan oleh Brad Cohen atas sikap ayahnya yang selama ini – sebelum penyakitnya terdeteksi – selalu menyalahkan Brad dan tidak pernah percaya akan cita-cita anaknya. Namun di akhir cerita, hubungan antara ayah dan anak ini akhirnya membaik.
Happiness & Love, Brad selalu menjalani hidupnya dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur. Walaupun terkadang ia sampai pada titik terendah yaitu keputus asaan. Dia juga memperoleh kebahagiaan dengan memiliki seorang gadis yang mencintainya dan menerimanya dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya.
Creativity dalam film ini ditunjukkan Brad dengan bagaimana cara dia mengelola kelasnya menjadi sangat menyenangkan. Metode pengajaran yang kreatif dan tidak membosankan membuat muridnya betah untuk belajar. Bahkan ketika menghadapi anak yang bandal dan tidak mau belajar membaca Brad menemukan caranya sendiri, sehingga akhirnya dia menjadi guru favorit. Dia juga mengundang temannya yang selalu keliling dunia untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang geografi.
Self Efficacy, Brad Cohen adalah seorang guru yang walaupun memiliki Tourette Syndrome namun mempunyai efikasi diri yang tinggi. Dia menunjukkan hal ini pada setiap wawancara kerja yang ia datangi. Ia tidak pernah merasa malu dengan penyakitnya. Bahkan di awal dia mengajar, hal pertama yang akan ia jelaskan adalah tentang penyakitnya tersebut.
Film ini, bagi saya sangat menginspirasi sekali, dan sangat direkomendasikan untuk ditonton terutama bagi para pendidik (guru maupun dosen), dan sungguh sangat banyak nilai-nilai positif di dalamnya yang bisa mengingatkan kita untuk selalu bersyukur karena dianugerahi kesempurnaan fisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar