Film
ini bercerita tentang seorang pemuda yang berprofesi sebagai guru, yang bernama
Brad Cohen. Kisah ini adalah kisah nyata. Brad Cohen mempunyai penyakit yaitu
Tourette Syndrom sejak ia berumur 6 tahun. Tourette syndrom adalah sebuah penyakit
dimana terjadi gangguan pada syaraf otak sehingga membuatnya mengeluarkan
bunyi-bunyi aneh yang tak bisa di kontrol. Kehidupan yang dijalani Brad cukup
pelik karena ia sering mendapat ejekan dari teman-teman sekolahnya dan juga
gurunya yang tidak mengerti dengan kelainan yang dideritanya membuatnya
membenci sekolah. Bahkan ayahnya sering memarahinya karena mengira ia sedang
mengolok-olok atau mencoba mengacau dengan suara-suara aneh tersebut.
Akhirnya
sang ibu yang mengetahui tentang kelainan yang diderita Brad, yaitu Tourette
Syndrome dan ternyata belum ditemukan obat untuk penyakit tersebut. Ibunya yang
tangguh yang juga mengajarkan Brad untuk tidak menyerah terhadap penyakitnya
dan untuk tidak membiarkan penyakit tersebut menang.
Hal
yang menarik dari film ini adalah Brad yang mempunyai Tourette Syndrome
bercita-cita menjadi seorang guru, lebih tepatnya pendidik. Seseorang yang
menginspirasinya untuk menjadi guru, salah satunya adalah Kepala Sekolahnya
ketika di Sekolah Menengah, yang telah mengajarkan nya tentang arti pendidikan
dan membuatnya tidak malu untuk membuat orang mengerti tentang penyakitnya agar
ia dapat diterima. Dan jangan takut untuk menjadi diri sendiri serta selalu
optimis.
Bermula dari kejadian itulah,
Brad memutuskan bahwa ia harus menjadi seorang guru. Untuk menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang
sama untuk belajar, meskipun mempunyai keterbatasan. Setelah lulus dari SMA,
Brad memutuskan untuk berkuliah di Bradley
University, Illinois dan lulus dengan predikat cum laude! Sayangnya, dengan
predikat cum laude ditangan, tak membuat Brad
mudah mendapatkan pekerjaan. Lagi-lagi hal tersebut dikarenakan pihak sekolah
tak yakin bahwa seorang penderita Tourette Syndrome dapat mengajar dengan baik.
Pada kunjungan lamaran pekerjaan
yang ke 25, akhirnya Brad mendapatkan tempat yang tepat. Tempat itu bernama
Mountain View Elementary School, Atlanta. Disana ia
bertemu dengan murid-murid yang 'bermasalah'. Mulai dari yang hiperaktif, ceria,
maupun yang memiliki penyakit kanker. Dengan metode yang segar, Brad mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Keberhasilan suami dari Nancy Lazarus dalam 'mengendalikan'
anak-anak bermasalah tersebut akhirnya
mengantarkan ia memenangkan Sallie Mae First Class Teacher of the Year pada
tahun 1997.
Dari
film ini kita belajar banyak hal. Banyak hal-hal positif yang bisa kita ambil.
Sungguh film yang sangat inspiratif sekali. Dari Brad Cohen sendiri kita dapat
belajar tentang arti Pantang Menyerah
dan selalu Optimis. Bagaimana
seorang Brad Cohen tidak membiarkan penyakit tersbut mengalahkannya, bahkan
penyakit TS menjadi guru bagi Brad yang selalu membuatnya tetap bersemangat.
Nilai
positif lainnya adalah Hope dan Forgiveness. Film ini menceritakan ibu
dari Brad Cohen yang selalu mempunyai harapan akan kesembuhan anaknya, dan juga
meyakini bahwa anaknya akan selalu memperoleh hasil yang baik dari setiap kerja
kerasnya. Begitu juga dengan Brad Cohen yang selalu mempunyai harapan bahwa ia
akan bisa menjadi seorang guru yang baik, dan ia tidak pernah membunuh harapan
itu walaupun dengan keterbatasan yang ia miliki.
Sifat
memaafkan juga ditunjukkan oleh Brad Cohen atas sikap ayahnya yang selama ini –
sebelum penyakitnya terdeteksi – selalu menyalahkan Brad dan tidak pernah percaya
akan cita-cita anaknya. Namun di akhir cerita, hubungan antara ayah dan anak
ini akhirnya membaik.
Happiness & Love, Brad
selalu menjalani hidupnya dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur. Walaupun
terkadang ia sampai pada titik terendah yaitu keputus asaan. Dia juga
memperoleh kebahagiaan dengan memiliki seorang gadis yang mencintainya dan
menerimanya dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya.
Creativity dalam film
ini ditunjukkan Brad dengan bagaimana cara dia mengelola kelasnya menjadi sangat
menyenangkan. Metode pengajaran yang kreatif dan tidak membosankan membuat
muridnya betah untuk belajar. Bahkan ketika menghadapi anak yang bandal dan
tidak mau belajar membaca Brad menemukan caranya sendiri, sehingga akhirnya dia
menjadi guru favorit. Dia juga mengundang temannya yang selalu keliling dunia
untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang geografi.
Self Efficacy, Brad Cohen
adalah seorang guru yang walaupun memiliki Tourette Syndrome namun mempunyai
efikasi diri yang tinggi. Dia menunjukkan hal ini pada setiap wawancara kerja
yang ia datangi. Ia tidak pernah merasa malu dengan penyakitnya. Bahkan di awal
dia mengajar, hal pertama yang akan ia jelaskan adalah tentang penyakitnya
tersebut.
Film
ini, bagi saya sangat menginspirasi sekali, dan sangat direkomendasikan untuk
ditonton terutama bagi para pendidik (guru maupun dosen), dan sungguh sangat
banyak nilai-nilai positif di dalamnya yang bisa mengingatkan kita untuk selalu
bersyukur karena dianugerahi kesempurnaan fisik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar